Peristiwa unik dan penuh misteri terkait Kajang Kawitan Dalem (paspor niskala) terjadi di Jero Lingsir Tegehkori Mangku Pabean di Pengastulan pada rahina Anggara Paing Pujut 2 Agustus 2011. Hari penting yang cukup bersejarah itu dipilih sesuai pawuwus yang didapat oleh pengageng Jero Lingsir yakni I Made Suarya. Kendati pada awalnya ada usulan internal agar jadwal upacara diundur berhubung secara mendadak Dadia Jero Lingsir akan menyelenggarakan pengabenan almarhum I Gusti Putu Astina. Namun berdasar hasil musyawarah, maka upacara Ngaturang Swadharma Asia Rna Kajang Kawitan Dalem jalan terus karena Kajang Kawitan Dalem dari Puri Agung Klungkung telah lebih dulu di-pendak.
Pada siang harinya sesuai jadwal yang telah disepakati, diawali dengan upacara mapiuning di Kahyangan Tiga. Menjelang sore hari dilakukan upacara nangiang leluhur di Paibon Merajan Lingsir, dipimpin oleh Jero Mangku Pabean I Ketut Putru. Para pemangku yang mendampingi terdiri atas pemangku Kahyangan Tiga, pemangku Pura Ageng, pemangku Pura Badung, Kelian Desa Pakraman Jero Mangku Made Sadra dan Jero Bendesa Lingsir Nyoman Dana. Di Paibon para damuh memohon perkenan leluhur sebanyak delapan tingkatan metangi guna di-iring lunga ke pantai SegaraTanah Selaka untuk prosesi Pamurtian Pitara Rna - Kajang Kawitan. Sesuai dengan garis silsilah Jero Lingsir, terhitung ada sebanyak delapan tingkatan generasi yang belum mabusana Kajang Kawitan Dalem saat prosesi pengabenen selama periode tiga abad silam, yakni generasi abad XVIII - XX. Para damuh meyakini bahwa ada sesuatu yang sempat terlupakan, yakni masih adanya leluhur yang belum sempat mewastra rurub Kajang Kawitan Dalem saat diaben pada beberapa periode pengabenan selama lebih dari dua abad yang silam. Nah, agar tidak selamanya menjadi "hutang" (rna) terhadap para pitara (pitara rna) maka generasi sekaranglah yang diberi mandat oleh leluhur untuk menjalankan upacara yang amat penting ini.
Upacara sakral di pesisir Segara Tanah Selaka itu diiringi gamelan gong dan gending-gending Dewa Yadnya beserta doa mantram dan harumnya kepulan asap dupa. Seluruh warga Dadia Jro Lingsir larut dalam doa dan sembah yang khusuk memohon ke hadapan para Dewa dan Bhatara Kawitan, semoga upacara barlangsung dengan lancar dan selamet. Puncak upacara dilakukan dengan menghaturkan Kajang Kawitan Dalem ke hadapan leluhur lewat prosesi ngeseng. Satu-persatu lembaran-lembaran kain putih merajah aksara-aksara suci paican Ida Mangku Merajan Agung Dalem Semaraputra di Klungkung dipersembahkan oleh para damuh ke hadapan para leluhur. Pamurtian Kajang Kawitan Dalem mengandung sebuah makna "pengakuan sejati" bahwa para leluhur adalah benar-benar keturunan genetis (damuh pratisantana) Kawitan Dalem Shri Aji Kresna Kepakisan (Dalem Samprangan / Dalem Wau Rauh). Perlu dicatat, bahwa peristiwa langka ini hanya bisa terjadi karena damuh periode sekarang ini telah melaksanakan upacara agung “Mawali ka Purusha Jati” serangkaian Mahasabha Pasemetonan Agung Tegehkori tahun 2009. Tanpa didahului dengan upacara mahottama “Mawali ka Purusha Jati” tidaklah mungkin upacara besar ini bisa terlaksana. Inilah sebuah isyarat alam, pituduh Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang tidak sembarang orang bisa mencerna dengan pikirannya. Namun keluarga besar Jero Lingsir saat itu telah mendapat kehormatan utama untuk menyelenggarakan upacara yang dapat disejajarkan dengan agnihotra atau homa, lewat upacara tawur agung Asta Rna Kajang Kawitan Dalem.
Abu kajang yang tersisa lantas di-pralina ke laut lepas seiring dengan mapasucian-nya para leluhur ring sarining amerta segara. Usai mapendak lan ngedetin, maka para leluhur diiring mewali masthana di Paibon Merajan. Suasana upacara hingga petang hari itu terekam penuh haru bercampur bahagia. Seluruh damuh paratisantana merasa plong hatinya, karena langsung merasa terlunasi Pitara Rna-nya yang selama ini membebani bak mendung kelabu menggelayut di dalam kalbu.
Kembali ditegaskan, bahwa upacara yang tergolong mahottama di Jero Lingsir Pengastulan itu tidak terlepas dari mata rantai upacara Mawali ka Purusha Jati Ida Bhatara Kawitan Tegehkuri ke Bhatara Shri Dalem Bangsul (Bali) yakni ayahanda sejati beliau Dalem Shri Aji Kresna Kepakisan/Dalem Samprangan. serangkaian Mahasabha Pasemetonan Agung Nararya Dalem Benculuk Tegehkori tahun 2009. Kenyataan ini tidak bisa dipungkiri sebagai jawaban alam atas sejumlah keputusan strategis yang dihasilkan oleh Mahasabha I yang telah bergaung hingga ke niskala loka.
Sebagai kelanjutan dari upacara tadi, maka seluruh keturunan Jero Lingsir hendaknya jangan sampai melupakan mendak Kajang Kawitan Dalem manakala hendak melaksanakan upacara palebon/ ngaben. Resikonya akan sangat besar jika sampai salah nunas Kajang Kawitan, misalnya nunas ke tempat lain. Kajang Kawitan yang tidak sesuai dengan swadharmanya akan membawa akibat tidak baik bagi kelangsungan hidup anak-cucu di kemudian hari. Demikian pula resiko yang tergolong amat berbahaya juga sudah tentu akan dialami oleh damuh purusha yang berani nilar agama. Seluruh warga dadia Jero Lingsir harus selalu eling. Hanya sebatas keliru saja menggunakan Kajang Kawitan membawa akibat kelak terancam suatu masalah besar. Apalagi sampai berani meninggalkan Agama Hindu yang dianut secara turun-temuran, pasti dan pasti yang bersangkutan terkena kutuk pastu dari para leluhur dan kawitan. Hal ini harus dicamkan baik-baik oleh damuh yang hidup sekarang. Jika sementara ini ada damuh purusha yang telah telanjut nilar Agama Hindu, segeralah sadar, kembalilah ke agama leluhur yang paling mulia ini. Ingat! resikonya amat berat. . . "engkau dikutuk oleh leluhur, engkau tidak akan menemui kebahagiaan seketurunanmu... (camkan isi Babad).
ASUNG KERTA WARANUGERAHA IDA SANG HYANG WIDHI WASA Alasan sebagian Krama Dadia Jero Lingsir Pengastulan
kembali menggunakan I Gusti :
- Surat Keputusan Mahasabha I Pasemetonan Agung Nararya Dalem Benculuk Tegeh Kori, Nomor : 02/MHSB.I/PANDBTK.BALI/IX/2009 Tentang Bhisama dan Catur Swadharmaning Ksatrya Dalem; tertanggal 9 September 2009;
- Memenuhi amanat / pawuwus Ida Bhatara Kawitan Dalem Tegehkuri menjelang upacara pengabenan I Gusti Made Lila pada tahun 1980, pakeling niskala I Gusti Nyoman Sudarmika pada tahun 1994, serta sesaudan Jero Mangku Dr. I Gusti Ketut Suarjaya di Merajan Kemulan pada tahun 2011;
- Memenuhi kehendak para leluhur Jero Agung Pengastulan yang sempat tertunda sejak Indonesia Merdeka 1945 yakni I Gusti Putu Anom, I Gusti Ketut Gede, I Gusti Ketut Mardi serta Kombes. Pol. I Gusti Ngurah Oka dan I Gusti Ngurah Teken pada tahun 1955, menyusul kemudian I Gusti Made Hasti tahun 1985 untuk mengajak kembali para saudara sepurushanya di Jero Lingsir menyandang sebutan I Gusti;
- Ikut serta melaksanakan Upacara "Mawali ka Purusha Jati"' pada Jumat Paing dan Sabtu Pon 16-17 Oktober 2009 yakni kembalinya Ida Bhatara Kawitan Dalem Tegehkuri ke Purusha Genetis Ida Bhatara Dalem Shri Aji Kresna Kepakisan. dilanjutkan dengan Upacara Pawintenan IGusti Ayu Nyoman Kuntri, IGusti Nyoman Suartha dan Jero Ni Wayan Suri di Merajan Agung Puri Agung Klungkung saat Nyejer Piodalan pada Saniscara Paing Merakih 20 Oktober 2012 disaksikan oleh Ida Dalem Semara Putra.
Maksud dan Tujuan kembali menyandang sebutan IGusti adalah :
- Maksudnya : adalah untuk menegakkkan kembali warisan Sejarah Kawitan beserta Silsilah Leluhur yang telah disusun secara relatif lengkap oleh Drs. IGusti Nyoman Suartha ke dalam sebuah buku bertajuk : "Sejarah MAWALI KA PURUSHA JATI Bhatara Dalem Benculuk IGusti Tegehkuri - Pendiri Kerajaan Badung, Mendirikan Pura Badung Pengastulan-Buleleng" (catatan: buku tersebut tersebar luas sejak tahun 2009);
- Tujuannya : adalah untuk mewujudkan kesejateraan lahir dan batin (sekala & niskala).
Upacara lanjutan terkait kembalinya menyandang sebutan IGusti :
- Upacara Mapiuning di Merajan Jero Lingsir Pengastulan pada Anggara Kliwon (Kasih) Perangbakat 25 Juni 2013 bertepatan dengan Rerahinan Kawitan di Merajan Meru Tumpang Tiga;
- Upacara Mapiuning di Pura Badung Pengastulan pada Wrespati Paing Perangbakat 27 Juni 2013 saat Upacara Nyejer Piodalan Ageng Ida Bhatara Kawitan di Pura Badung;
- Upacara Mapiuning di Kahyangan Tiga dan Pura Ageng Pengastulan.
- Upacara mapiuning di beberapa pura penting lainnya yang terkait di Bali.
Motto :
"...hargailah orang lain sebagaimana engkau menghargai dirirmu sendiri..."
Singaraja, 12 Juni 2013
Pengageng Jero Lingsir Pengastulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.