OM Swastyastu
Tabik pakulun, terlebih dahulu penulis mohon arapun ke hadapan Ida Sang Hyang Paramawisesa dan lebih khusus lagi ke hadapan Ida Bhatara Kawitan, karena dalam buku yang saya susun ini telah menyebut-nyebut nama suci Beliau. Semoga saya bersama keluarga besar dan seketurunan saya tidak terkena alpaka lan rajapinulah.
Buku ini penulis susun untuk merekonstruksi sejarah kawitan. Dimulai dari Babad Arya Dalem Bansuluk Tegehkuri yang menyingkir dari Puri Ksatria Badung ke Buleleng dan menetap di Pengastulan. Isi naskah lontar babad dimaksud disalin oleh Jero Mangku Mangku Ketut Putru. Beliau adalah paman saya, pensiunan kepala sekolah, pemangku di Pura Pabean Pengastulan, aktif sebagai Ketua PHDI di desanya dan sebagai akhli sastra Kawi beliau telah menerbitkan beberapa karya tulis. Sedangkan I Gusti Made Lila menterjemahkan isi babad tersebut, Beliau adalah kakek saya, ayah dari ibu saya, tinggal di sebelah barat Pura Badung Pengastulan, pensiunan PNS di Kantor Punggawa Seririt. Semasa hidupnya beliau penekun sastra Kawi dan aktif makakawin dalam sekeha-sekeha shanti. I Gusti Mangku Pabean Ketut Sidia adalah penulis atobigrafi yang memuat catatan peristiwa penting yang beliau alami semasa hidupnya. Di buku biografinya itu kakek saya menyimpan naskah asli Silsilah I Gusti Tegehkori VII pada Dadia kami.
Penulis telah merangkum isi penting naskah peninggalan leluhur, kemudian mengambil intisari sumber lain sebagai bahan rekonstruksi sejarah serta Keputusan Mahasabha I Pasemetonan Agung Nararya Dalem Benculuk Tegehkuri, 9 September 2009. Hasilnya tentu masih jauh dari sempurna. Namun penulis telah bertekad akan terus menyempurnakannya melalui kajian-kajian yang komprehensif. Paling tidak kiranya buku ini kelak akan menjadi salah satu pedoman penting bagi keluarga besar hingga anak cucu Kami untuk mengenali dirinya. Dorongan naluriah untuk mengenali diri sendiri tentu dimiliki oleh setiap insan : siapa saya, siapa bapak ibu dan saudara saya, paman, ponakan, sepupu, kakek nenek kompyang buyut leluhur-leluhur kami dan seterusnya.
Selain berupa silsilah, babad dan biografi leluhur, kami tetap melestarikan waris dari leluhur berupa rontal wariga, rontal usada, rontal kakawin, keris, tumbak, pratima, bajra, merajan, pekarangan, pura dan sebagainya. Semua itu adalah media penghubung antara generasi penerus dengan para leluhur. Sebagai generasi penerus, kita wajib merawat, mencintai, membaca, mengupacarainya serta mewarisi nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya sebagai warisan budaya untuk ketenangan jiwa. Akhirnya buku ini kami persembahkan kepada Ida Bhatara Kawitan Dalem Benculuk Tegehkori sebagai wujud bakti kami serta kepada guru rupaka swargi I Gusti Putu Mangku ayah penulis, pekak swargi I Gusti Ketut Sidia dan pekak swargi I Gusti Made Lila sebagai wujud terima kasih dan bakti kepada leluhur dan sebagai tonggak sejarah kembalinya Dadia Jero Lingsir Mangku Pabean Pengastulan menyandang sebutan Pragusti pada rahina Pemacekan Agung Piodalan Ageng Ida Bhatara Kawitan Tegehkuri ring Pura Dalem Benculuk Tonja tanggal 19 Oktober 2009.
OM Shanti Shanti Shanti OM
Singaraja, 19 Oktober 2009
Penyusun
Drs. I Gusti Nyoman Suartha
Edisi Rirevisi Oktober 2013